Dunia-Hijau. Bagi
mereka yang pernah mengalami patah hati, tentunya akan sangat mengerti
bagaimana kondisi hati dan fisik yang mereka alami saat itu. Kesedihan yang
mendalam, kekecewaan yang berlipat, keputusasaan yang mendera, perasaan tidak
dihargai, menjadikan suatu yang menyakitkan hati itu akan berdampak kepada
fisik. Patah hati menyebabkan seseorang cenderung memilih untuk menarik diri
dari keramaian. Seseorang yang baru saja patah hati lebih senang menyendiri dan
merenung berlama-lama. Hal tersebut lah yang kemudian menimbulkan suatu
kecemasan berlebihan yang bernama sindroma patah hati (‘Brokenheart Syndrome’).
Tahukah
anda bahwa rasa sakit hati yang dialami, penderitaan dan kesedihan akibat luka
hati bisa membunuh anda? Hal itu benar adanya. Hati yang patah ternyata bisa
mematikan! Dan sayangnya, perempuan lah yang paling mungkin beresiko terbesar
terkena sindroma tersebut. Berdasarkan sebuah penelitian medis telah
diidentifikasi suatu penyakit yang disebut ‘Brokenheart Syndrome’. Penyakit tersebut
Pertama kali dideskripsikan pada tahun 1991 oleh seorang dokter di Jepang.
Brokenheart Syndrome adalah kondisi medis yang sering ditimpakan dan didominasi
oleh wanita. Gejala tersebut mirip dengan serangan jantung. Penderita
seringkali mengeluhkan nyeri dada, sesak napas dan perasaan kelelahan parah
yang diakibatkan oleh kesedihan yang mendalam.
National
Institute of Health baru-baru ini melaporkan bahwa setiap tahun lebih dari 60
juta orang Amerika mencari pengobatan untuk kegelisahan dan depresi sebagai
akibat dari ketegangan mental yang mereka alami. Perempuan khususnya tampak
sangat terbebani ketika mereka mengalami kesedihan mendalam. Lebih 2/3 dari
mereka melakukan kunjungan ke dokter dan rumah sakit untuk memeriksakan keluhan
yang mereka rasakan. Seorang profesor psikologi dan ilmu saraf di Duke
University yang bernama Mark Leary juga telah mempelajari perasaan sakit,
mengatakan hubungan antara rasa sakit dan patah hati sangat masuk akal.
Penelitian
ilmiah dalam beberapa tahun terakhir juga telah menunjukkan bahwa perasaan
negatif seperti ketakutan, kemarahan, kesedihan, kesepian, kegelisahan dan
depresi dapat memiliki efek yang merugikan untuk kesehatan fisik. Perasaan
seperti itu benar-benar dapat menyebabkan suatu penyakit. Patah hati dapat
menyebabkan fisik menjadi ikut-ikutan sakit. Pasalnya, daerah yang sama di otak
yang diaktifkan ketika seseorang mengalami sakit di tubuh mereka, juga menjadi
aktif ketika ia merasa ditolak oleh seseorang yang dicintai.
Menurut
seorang Psikolog Universitas Michigan, Ethan Kross, yang juga merupakan penulis
utama penelitian yang dilaporkan dalam ‘Proceedings of the National Academy of
Sciences’ bahwa orang-orang yang perasaannya hancur akibat kisah percintaannya
juga dapat merasakan sakit fisik yang sebenarnya. Kross juga merupakan asisten
profesor di Departemen psikologi, ia bekerja sama dengan rekan-rekannya dan
peneliti di Columbia University dan University of Colorado-Boulder mengumpulkan
40 orang yang pernah mengalami perpisahan (putus cinta) selama 6 bulan
terakhir. Semua mengatakan putus cinta mengarahkan perasaan penolakan dan rasa
sakit.
Partisipan
yang terlibat dalam penelitian tersebut menjalani scan functional Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Mereka diminta untuk melihat foto mantan pasangan mereka,
dan berpikir tentang apa yang mereka rasakan selama perpisahan mereka. Selain
itu mereka juga melihat foto seorang teman dan berpikir tentang pengalaman
positif baru-baru ini dengan orang tersebut. Kemudian mereka diminta untuk
memakai perangkat yang menciptakan sensasi rasa sakit yang lumayan untuk
mengukur reaksi sakit fisik.
Para
peneliti membandingkan temuan dengan 500 scan tanggapan otak orang lain untuk
sakit fisik, emosi, dan proses psikologis lain. Dan Kross mendapatkan hasil
bahwa pengalaman akan penolakan sosial mengaktifkan daerah otak yang terlibat
dalam pengalaman indrawi rasa sakit fisik. Pikiran, otak dan tubuh terkait
erat. Dan temuan ini mungkin memberitahukan bagaimana patah hati dan penolakan
dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit fisik dan gangguan.
Saya
pernah mengalami bagaimana sakit dan sedihnya ketika mengalami patah hati. Yang
saya rasakan ketika itu bisa dikatagorikan sebagai Brokenheart Syndrome. Karena
kesedihan yang saya alami sangat berpengaruh terhadap fisik saya. Apalagi patah
hati yang dialami adalah pada saat cinta pertama. Usia yang masih ABABIL ketika
itu mungkin yang menyebabkan ketidaksiapan mental dan hati menerima kenyataan
bahwa cinta itu harus berakhir. Hubungan yang terjalin selama 1 tahun yang
diwarnai 3 x putus nyambung. Setiap kali putus, rasa sakit yang mendera hati
sungguh sangat menyiksa batin dan fisik. Selera makanpun mendadak lenyap.
Tiap
kali bangun tidur di pagi hari, rasa sesak yang tak terkira melanda. Kesedihan
yang tertanam di hati tak terbendung lagi. Airmata yang mengalir tak henti
seolah menjadi penyebab sakitnya fisik. Saat itu saya seperti mengalami suatu
tekanan perasaan yang dahsyat. Rasa mual yang hinggap di perut saya menyebabkan
perut saya menolak semua makanan yang masuk. Satu suap makanan saja yang masuk,
langsung ‘keluar’ bahkan lebih banyak. Dan itu berlangsung cukup lama. Berat
badan pun turun drastis. Sakit maag yang awalnya tidak pernah saya derita
ternyata senang sekali ‘bermain-main’ di perut saya.
No comments:
Post a Comment