Blog Archive

Wednesday, July 27, 2011

Metode Pembelajaran ‘Unik’ di Sekolah Inggris




Dunia-Hijau. Sekolah-sekolah di Inggris memiliki beberapa sistem atau metode pembelajaran yang cukup unik bagi para siswanya. Metode yang dilakukan di berbagai sekolah di Inggris ini memiliki manfaat dan pengaruh yang luar biasa terhadap kebiasaan hidup dan perkembangan pola pikir para siswanya.

Metode unik yang diajarkan di sekolah-sekolah Inggris antara lain:

1.  Belajar ‘menyayangi’ alam dengan cara menanam sayur dan buah-buahan

Sebanyak 20 sekolah dasar dan menengah di London, Inggris diajarkan bagaimana cara menyayangi alam, yaitu dengan cara menanam sendiri sayuran dan buah-buahan, serta mengambil hasil panennya untuk selanjutnya menjual di pasar Waitrose, Inggris. Selain itu para siswa juga diajarkan untuk menjual telor dan selai. Ini merupakan hal yang membanggakan, karena hasil panen tersebut berasal dari sekolah mereka sendiri.

Menjual produk hasil garapan siswa di ‘ladang’ sekolah merupakan proyek badan amal ‘School Food Matters’. Barang-barang yang dijual di pasar tersebut merupakan hasil bumi yang bisa dimakan antara lain seperti bawang bombay, wortel, dan lobak. Para siswa di sana sangat aktif menawarkan produk sayuran dan buah-buahan hasil panen mereka. Hasil penjualan akan dimiliki oleh sekolah tersebut. Sebagai proyek percontohan di beberapa sekolah di wilayah Kingston, Upon, dan Thames telah berhasil mendapatkan 220 poundsterling atau setara dengan Rp.3 juta lebih (Rp13.775 per poundsterling). Selain menjual hasil panen mereka, sekolah ini juga membuat buku panduan agar sekolah lainnya melakukan hal yang sama menanam buah dan sayuran di halaman sekolah mereka.

Program menanam hasil bumi ini bermula dari pengalaman dari sang pendiri sekolah, Stephanie Wood. Wood merasa sangat prihatin akan pengetahuan anak masa kini mengenai sayuran, yaitu saat ia mendengar keluhan dari seorang guru di mana siswanya tidak mampu mengidentifikasi bentuk bawang.

Dikutip dari Guardian, Wood juga menghendaki agar sekolah mengambil bagian dalam menunjukkan komitmen nyata untuk membantu anak agar memahami dari mana makanan berasal, dan menghubungkan program ini sebagai bagian dari pelajaran ilmu alam, geografi, seni dan kewarganegaraan. Bahkan ada beberapa sekolah yang menanam pohon dan didistribusikan ke kantin sekolah mereka.

Direktur ‘Food for Life Partnership’, Emma Noble memuji apa yang dilakukan Wood ini merupakan suatu ide yang brilian. Anak-anak diajarkan bagaimana menanam sayuran mereka sendiri dan belajar tentang perusahaan dan harga makanan. Kesimpulan dan evaluasi atas metode pembelajaran tersebut didapat bahwa menghubungkan anak dengan makanan melalui kurikulum sekolah akan mengajarkan dan melatih siswa dan orangtua agar makan buah dan sayuran lebih banyak.

2. Pelajaran memasak dan menyiapkan makanan

Mulai tahun 2011 ini, topik menyiapkan makanan menjadi salah satu mata pelajaran yang diwajibkan bagi semua murid mulai dari usia 11 tahun hingga 14 tahun di sekolah-sekolah di Inggris. Menurut salah seorang juru bicara dari Departemen Pendidikan, sekolah murid tingkat dasar telah mempelajari kandungan gizi makanan dan ketrampilan menyiapkan makanan. Hal ini dilatarbelakangi adanya keprihatinan mengingat kian hari jumlah anak yang belajar ketrampilan menyiapkan makanan rumah terus-menerus menunjukkan penurunan. Para ilmuwan menyesali hal itu, makin banyak murid yang tumbuh tanpa memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk mengelola sebuah rumah tangga. Hal tersebut mulai diterapkan dengan pelaksanaan program ‘Aid Infoservice’ untuk murid-murid sekolah dasar dengan cara mengeluarkan “Surat Lisensi Kemampuan Gizi”.

Kurikulum pelajaran ini terdiri dari 6 atau 7 sesi kelas yang masing-masing berdurasi 2 jam. Pelajaran ini memfokuskan pada pengalaman praktek, yaitu bagaimana menggunakan bahan makanan serta peralatan dapur, tetapi tidak termasuk di dalamnya praktek langsung memasak di dapur.

Dr. Margareta Buening-Fesel, CEO dari Aid Infoservice mengatakan bahwa program ini menjadi target mereka untuk menjadikan “Surat Lisensi Kemampuan akan Gizi” (yang disponsori oleh Aid) dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dan pemeliharaan kesehatan harus menjadi bagian dari kurikulum di masing-masing sekolah tersebut. Fesel mengharapkan seluruh konsep pendidikan harus disesuaikan melalui kelas belajar dan gunanya adalah untuk membina kesehatan menjadi lebik baik. Kegiatan ini akan terus diperluas, manfaatnya adalah menawarkan makanan dan minuman untuk makan siang.

Sejak awal September 2008 Pemerintah Inggris telah menetapkan beberapa strategi untuk memajukan kualitas makanan sekolah dan semua siswa sekolah di Inggris bisa memilih kelas-kelas memasak. Setidaknya dibutuhkan 800 orang guru yang terlatih untuk menunjang program tersebut.

Tujuan Pemerintah Inggris menerapkan kelas memasak di sekolah-sekolah adalah mengurangi jumlah anak yang memiliki masalah kelebihan berat badan hingga pada angka 2000 dan obesitas sampai tahun 2020 nanti. Untuk tercapainya tujuan ini, pemerintah telah menginvestasikan 500 juta euro (atau sekitar 735 juta Dollar).

3. Pelajaran ‘Kebahagiaan dan Kemakmuran’

Sekolah Umum Tinggi Wellington yang terkenal sejak tahun 2006 telah meluncurkan sebuah pelajaran mingguan mengenai kebahagian dan kemakmuran kepada para siswanya yang berusia antara 14 sampai 16 tahun. Pelajaran ini pertama kalinya diperkenalkan oleh seorang spesialis ilmu kebahagian dunia, Dr. Nick Baylis dari Universitas Cambridge yang bekerja sama dengan sekolah tinggi Wellington. Anthony Seldon, Kepala Sekolah tersebut percaya bahwa pelajaran kebahagiaan akan meningkatkan kemampuan sekolah untuk menghasilkan anak-anak muda yang bahagia dan stabil dengan cepat.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...